Beragam permainan tradisional pernah saya mainkan, dan Benthik adalah salah satu favorit saya. Permainan kayu dengan nama lain Gatrik (atau Patel Lele) ini sangat populer di antara anak-anak di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Permainan yang bisa dimainkan baik secara individual maupun berkelompok ini menggunakan dua tongkat kayu dengan ukuran berbeda.
Cara Bermain Bentik
Permainan Benthik diawali dengan pingsut atau hongpimpa. Bagi siapa yang menang, ia akan memperoleh giliran main yang pertama. Sementara itu, pihak yang kalah mau tidak mau harus jaga.
Begini permainan tradisional benthik dimainkan. Pertama, sang pemain memasang tongkat yang pendek di atas lubang luncur secara melintang. Lalu, tongkat ini harus didorong sekuat tenaga dengan bantuan tongkat panjang supaya dapat melambung sejauh mungkin.
Dalam bahasa Jawa, ini disebut dengan istilah nyuthat.
Bila lawan berhasil menangkap tongkat pendek yang melambung tersebut, maka ia akan mendapatkan poin. Pihak lawan biasanya akan berusaha mati-matian untuk dapat menangkap tongkat pendek supaya bisa mencuri poin sebelum mendapat giliran untuk bermain. Besarnya poin ditentukan dari cara pihak lawan menangkap tongkat pendek; 10 poin untuk menangkap dengan dua tangan, 25 poin untuk menangkap dengan tangan kanan, dan 50 poin apabila berhasil menangkap dengan tangan kiri.
Kemudian, sang pemain diminta meletakkan tongkat panjang di atas lubang luncur dengan posisi melintang. Sedangkan, pihak lawan bertugas melempar tongkat pendek yang telah dilontarkan tadi ke arah tongkat panjang tersebut. Bila tongkat pendek mengenai atau menyentuh tongkat panjang, maka giliran bermain akan berganti ke pihak lawan.
Tahap kedua dari permainan Benthik adalah namplek.
Pemain harus melempar tongkat pendek ke udara terlebih dahulu, lalu dipukul sekuat tenaga dengan tongkat panjang sejauh mungkin. Pihak lawan yang jaga harus melempar tongkat pendek ke arah sang pemain.
Lanjut ke tahap ketiga, Nuthuk.
Pada tahap ini, sang pemain harus meletakkan tongkat pendek pada lereng lubang luncur dengan posisi miring 45 derajat. Ia harus memukul ujung tongkat pendek yang menyembul ke permukaan tanah dengan tongkat panjang agar dapat mengudara, lalu dipukul lagi sejauh mungkin.
Dalam tahap ketiga ini, sang pemain berkesempatan untuk mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya yang ditentukan oleh berapa kali ia memukul tongkat pendek.
Manfaat Permainan Bentik
Permainan Tradisional Bentik tak sekedar menyenangkan, namun di dalamnya juga terkandung manfaat yang dapat kita petik.
Dalam permainan tradisional yang segala sesuatunya bersifat alamiah, dimana tidak ada setting yang dipersiapkan. Anak menjadi lebih banyak mendapat kesempatan mengeksplorasi berbagai media yang tersedia alami sebagai dasar berpikir kreatif. Keanekaragaman jenis permainan tradisional yang menggunakan bahan alami mampu memberikan rangsangan sensorimotor yang kaya, baik dari tekstur, ukuran berat dan bentuknya yang beragam.
Anak lebih banyak dirangsang bermain dengan cara berinteraksi dengan orang lain di dalam kelompok. Di dalam interaksi kelompok terjadi proses sosialisasi yang mengajarkan pendidikan nilai-nilai luhur nenek moyang melalui aturan main, yang merupakan jembatan untuk berinteraksi dengan dunia yang lebih luas di kemudian hari.
Dengan demikian, tidak dapat ditolak lagi bahwa permainan tradisional ini perlu dikembalikan fungsinya, sebagai salah satu sumbangan bagi pembentukan karakter dan identitas manusia Indonesia yang unggul dan tanggap terhadap perubahan tuntutan zaman tanpa tercabut dari identitas akar budayanya.
Kita adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan, banyak hal yang lahir dari tradisi kultural kita. Tradisi yang telah lahir seharusnya kita jaga dengan baik agar kita dapat menunjukkan bagaimana bentuk dari tradisi yang kita lihat. Sebagaimana bentuk tradisi permainan tradisonal bentik yang sering saya dan teman-teman saya lakukan.