Permainan Tradisional diyakini akan memberikan dampak yang lebih baik bagi pengembangan potensi anak. Jika permainan modern lebih mengutamakan individualisasi, maka permainan tradisional lebih memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berkerjasama dalam kelompok. Bekerjasama dengan Pemerintah kota Sulut, kami menghadirkan kembali daftar permainan tradisional dari sulawesi utara.
Pemerintah kota Sulawesi Utara berkewajiban menggali dan melestarikan kebudayaan melalui berbagai program. Mereka berusaha terus memperbaiki perkembangan kebudayaan daerah sebagai entitas budaya nasional. Salah satunya dengan menggalakkan kembali permainan anak tradisional di daerah Manado.
Berikut ini adalah daftar permainan tradisional anak dari sulawesi utara yang saat ini sudah mulai terlupakan.
Permainan Ceklen
Permainan ceklen dari sulawesi utara atau lebih dikenal dengan bekel biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan di hampir semua wilayah Indonesia.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua sampai lima orang anak dengan menggunakan biji bia atau kerang laut sebanyak empat, enam atau delapan biji bia sesuai dengan kesepakatan bersama. Anak-anak akan duduk di lantai sambil bersila, memainkan bola dan bia. Sebelum bermain anak-anak harus melakukan suten untuk mencari siapa yang akan memulai permainan, berturut-turut sebanyak jumlah yang ikut bermain.
Permainan Tumbu-tumbu Blanga
Permainan tradisional khas daerah sulawesi utara ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan secara berkempok terdiri dari lima hingga enam orang. Mereka akan bermain di teras rumah sambil duduk bersila dan melingkar.
Cara bermain tumbu-tumbu belanga adalah jari setiap anak dikepalkan dan disilangkan di tengah lingkaran. Kepalan tangan diurutkan bertingkat dari bawah ke atas. Setelah semua kepalan tangan sudah menyatu di tengah lingkaran, maka anak-anak akan mulai bernyanyi lagu Tumbu-tumbu Blanga, berturut-turut dari kepalan yang paling bawah akan membuka telapak tangan mereka sampai kepalan yang paling atas.
Permainan Baka-baka Sambunyi
Ini merupakan permainan mencari musuh atau lawan. Di daerah lain seperti di Jawa dan Sumatera lebih dikenal dengan nama petak umpet.
Sebelum bermain anak-anak berundi dengan telapak tangan atau hompimpah (gambreng) sebanyak anak yang ikut bermain. Setelah tinggal dua anak, barulah dua anak tersebut melakukan suten dan yang kalah harus jaga blengko sambil menutup mata, sampai hitungan yang disepakati bersama. Anak yang ditutup matanya harus mencari teman-teman yang menjadi musuh atau lawan.
Permainan Cenge-cenge
Permainan populer ini bisa dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan nama atau sebutan yang berbeda-beda. Di Sulawesi Utara dikenal dengan sebutan permainan cenge-cenge, sedangkan di Jawa dikenal dengan engklek atau manda (Sunda), sura manda, dan di daerah lain dikenal dengan permainan teklek, jlong-jling, dampu atau lempeng.
Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak perempuan, walaupun anak laki-laki juga sering ikut bermain. Cara bermain adalah melompat menggunakan satu kaki, dan tidak boleh menginjak garis petak-petak di atas tanah. Jika garisnya terinjak maka dianggap gugur atau kalah.
Permainan Dodorobe atau Tembak-tembakan
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki, lebih ke seni fisik dalam bermain perang-perangan. Senjata atau alat tembak yang dipakai adalah bambu cina atau dalam bahasa lokal Manado disebut bulu tui. Adapun untuk peluru dipakai kertas atau buah jambu air yang masih kecil.
Cara bermain dodorobe adalah anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok punya benteng dan saling tembak meniru adegan perang. Kelompok yang paling banyak kena tembakan dan bentengnya berhasil dianggap kalah.
Permainan Lompat Tali
Biasanya dimainkan oleh anak perempuan, tapi anak laki-laki sering ikut serta bermain. Mereka menggunakan tali yang terbuat dari karet maupun akar pohon.
Permainan ini dimulai dengan mencari pemenang dengan cara hompimpah atau gambreng untuk menentukan siapa yang akan pegang tali. Dua orang yang kalah diharuskan untuk memegang ujung tali, dan pemenangnya melompatinya sampai tidak menyentuh tali itu. Jika dalam lompatan terkena atau menyentuh tali, maka akan diganti oleh pemegang tali hingga bergantian terus menerus.
Permainan Slepdur
Di daerah lain, nama permainan tradisional ini kenal juga dengan nama ular naga. Di Sulawesi Utara lebih dikenal dengan permainan Slepdur. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan anak laki-laki secara bersama-sama. Zaman dulu, slepdur dimainkan di malam hari saat bulan purnama.Jumlah pemain dari slepdur harus banyak agar lebih seru. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan luas.
Anak-anak berbaris bergandeng tangan dan ditaruh di bahu teman, dibuat layaknya ekor ular naga yang panjang. Biasanya anak yang tinggi yang menjadi kepala naga. Selain ekor ular, ada dua anak yang akan menjadi gerbang dan mereka akan memilih salah satu anak untuk dijadikan tumbal atau pengganti gerbang. Di saat ular sedang berjalan, anak-anak akan menyanyikan lagu slepdur untuk menentukan ketukan berhentinya ular naga.
Permainan Tuan Dosep
Ini termasuk permainan anak-anak yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Permainan ini terdiri dari satu orang anak yang menjadi si miskin dan meminta anak kepada kelompok anak yang banyak jumlahnya.
Si miskin akan memilih anak dari si kaya, sambil berjalan maju dan menyebut nama anak yang akan dimintanya. Begitu seterusnya sampai kelompok anak yang banyak jumlahnya habis.
Permainan Tali Koko
Permainan tradisional sulawesi utara Tali Koko dikenal juga dengan nama permainan gobak sodor, sodoran atau galah asin.
Cara bermainnya, satu tim menjadi tim penjaga garis batas dan satu tim lagi sebagai tim penembus benteng.
Permainan ini terdiri dari empat sampai enam orang anak. Setiap anggota dari tim pemain akan berusaha menembus garis belakang penjaga arena. Tim penjaga garis akan mencegah agar tim pemain tidak bisa melewatinya. Tim penembus benteng harus melewati penjaga garis jangan sampai badannya tersentuh tangan tim lawan. Bila badan penembus tersentuh tim penjaga garis batas, maka permainan berganti. Tim penjaga garis menjadi tim penembus benteng.
Begitu seterusnya sampai ada tim yang bisa melewati garis batas tanpa tersentuh tangan penjaga garis dan merebut benteng. Tim itulah yang menjadi pemenang.
Permainan tradisional memberikan alternatif yang kaya dengan nilai budaya (culture). Bahkan mungkin saat ini sudah hampir punah jika tidak dipelihara dan dikembangkan. Permainan tradisional, dewasa ini telah menjadi barang yang sangat langka. Padahal jika kita analisis terdapat sejumlah permainan tradisional yang memberikan peran terhadap pengembangan potensi anak seperti perkembangan motorik kasar, halus, sosial, kognitif serta aspek perkembangan lainnya.
Permainan tradisional sulawesi utara yang ada sebagian permainan mirip dengan olah raga yakni memiliki aturan main, permainan ini juga mampu memberi kesenangan, relaksasi, kegembiraan, dan tantangan. Interaksi yang terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisonal memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan sosial, melatih kemampuan bahasa, dan kemampuan emosi.