Gatrik atau Tak Kadal pada masanya pernah menjadi permainan anak tradisional yang populer
di Indonesia. Gatrik merupakan permainan kelompok dan terdiri dari dua kelompok. Di Jawa Tengah, permainan anak tradisional ini dikenal dengan nama bentik.
Permainan gatrik dimainkan secara berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 2-4 orang anak. Permainan ini
menggunakan alat dari dua potongan tongkat kayu, yang satu berukuran panjang sekitar 30cm dan
yang satu lagi lebih pendek berukuran 10-15cm. Pemilihan kayu juga haruslah memilih kayu yang kuat dan ulet, agar saat dimainkan tidak mudah patah.
Dalam memainkan permainan anak gatrik, haruslah dipilih tempat yang agak luas. Karena ada sesi dimana anak akan melempar tongkat kayu sejauh-jauhnya.
Cara Bermain Gatrik
Cara bermain gatrik tidaklah rumit, dan sifatnya fleksibel. Dalam arti, mungkin setiap daerah akan berbeda-beda, walaupun intinya sama saja. Sebelum permainan dimulai, anak-anak akan membuat lubang di tanah sebagai landasan pukulan. Ada juga yang menggunakan alas batu (wok).
Setelah terbentuk kelompok, mereka akan melakukan pingsut atau hom pim pah untuk menentukan siapa yang akan mulai duluan.
Ada tiga babak dalam permainan tradisional gatrik.
Pertama dengan menyilangkan gatrik pendek diatas batu atau wok dengan dilempar memakai gatrik panjang. Tugas lawan adalah menjaga dan berusaha menangkap lemparan gatrik pendek.
Jika tidak bisa menangkap maka masih ada kesempatan lagi. Yaitu dengan melempar tongkat pendek ke tongkat panjang yang dipasang menyilang di lubang ayunan. Apabila kena ke gatrik panjang maka gantian kelompok lawan yang memainkan gatrik.
Bila tidak bisa menangkap ataupun melempar mengenai tongkat panjang, maka permainan anak gatrik akan berlanjut ke babak kedua.
Babak kedua permainan gatrik sering disebut dengan istilah namplek. Pemain akan memegang kedua tongkat dengan satu tangan. Tongkat panjang akan digunakan sebagai pemukul, dan tongkat pendek akan dilempar kemudian dipukul.
Tongkat gatrik pendek di pukul keras supaya terlempar jauh. Dan tugas untuk lawan kembali menjaga atau berusaha menangkap gatrik pendek yang terlempar tersebut. Kalau tidak bisa tertangkap maka harus berusaha mendekatkan lemparan gatrik pendek tersebut supaya terlempar mendekat wok atau sandaran batu. Tujuannya adalah pemain gatrik tidak mendapat kan nilai karena terlalu dekat ke wok dan tidak bisa di jengkal.
Babak ke terakhir permainan gatrik biasa disebut dengan patil lele atau gepok lele.
Pemain akan menaruh gatrik pendek sejajar dengan wok lalu dipukul bagian ujungnya supaya gatrik pendek tersebut terpental naik. Nah kalau sudah begitu tinggal di pukul sekali lagi dengan tenaga pooool.
Tugas penjaga atau lawan tetap berusaha menangkap lemparan gatrik pendek yang dipukul tersebut. Bila tidak tertangkap maka pemain gatrik tinggal menghitung jarak antara jatuhnya gatrik pendek ke wok atau batu sandaran. Biasanya di hitung kelipatan lima.. sepuluh... lima belas... dua puluh dan seterusnya. Jumlah nilai itu menentukan kemenangan dalam permainan anak tradisional gatrik.
Hadiah Pemenang Gatrik
Kesepakatan dilakukan sebelum permainan gatrik dimulai atara kedua kelompok. Pemenang akan mendapat hadiah, berupa di gendong kelompok yang kalah. Disinilah letak keseruan permainan anak gatrik.
Pelajaran Moral
Permainan tradisional anak selain menyenangkan juga memiliki falsafah moral dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak akan dilatih disiplin dan bertanggung jawab dengan aturan yang telah disepakati.
Seperti halnya dalam permainan gatrik, ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan bagi kelompok yang kalah. Kolompok yang kalah harus menggendong kelompok yang menang. Kalau ada anak yang tidak mau melakukan, maka dikemudian anak tersebut tidak akan diajak lagi ikut dalam permainan.
Selain pelajaran moral, banyak manfaat dari permainan tradisional. Untuk itu sudah selayaknya kita kembali melestarikan berbagai permainan tradisional Indonesia.